Jumat, 17 Agustus 2012

Revitalisasi Budaya/ Tradisi Batak Toba

(Draft)

Revitalisasi = menghidupkan (mengaktifkan) kembali

Budaya = hasil pemikiran

Tradisi = turun temurun; kebiasaan

[Definisi berdasarkan ingatan pas-pasan penulis]

Setidaknya ada 3 hal utama yang dapat direvitalisasi dalam budaya Batak : Pangan, Sandang, Papan

1. PANGAN
Ada bermacam masakan tradisional/ khas Batak. Aku bermimpi adanya restoran khas batak yang memiliki sertifikat HALAL dari MUI.

Pemikiran ini muncul ketika mendampingi teman mahasiswa S2 arsitektur dari ITB survey di Tuk-tuk, Samosir pada akhir tahun 2010 yang lalu. Kami menghabiskan waktu 10 hari dan hanya ada 2 rumah makan muslim di sana. 10 hari dengan menu yang itu-itu lagi. Aku berpikir betapa destinasi wisata ini belum mampu mengakomodasi kebutuhan pangan wisatawan dari berbagai latar belakang.

Terlintas pemikiran seandainya ada rumah makan yang menyajikan masakan-masakan khas Batak yang bisa dikonsumsi semua pengunjung. Karena kenyataannya banyak masakan yang menggunakan ikan, kerbau, sapi, dsb sebagai bahan utamanya.

Keren juga seandainya di mall-mall yang megah itu ada restoran khas Batak yang bersanding dengan restoran khas Korea, Jepang, Perancis, Belanda dsb.

2. SANDANG
Melihat bagaimana Batik bertransformasi menjadi pakaian sehari-hari, baik formil ataupun santai, aku juga bermimpi adanya transformasi ulos yang nyaman dipakai dan sesuai dengan gaya hidup yang semakin dinamis. Terus terang aku ngga terlalu suka dengan ulos yang dijadikan jas. Entah kenapa, sepertinya belum pas. Aku masih mencoba mencari tau gimana yang mendekati "pas", setidaknya menurut seleraku hehehe...

3. PAPAN
Batak memiliki karya arsitektur yang (lagi-lagi menurutku) cukup kompleks. Ada banyak yang bisa dipelajari dari bangunan-bangunan tradisional Batak, baik fisik bangunannya maupun pola perkampungannya.
Revitalisasi di bidang ini bukan membangun replika dari bangunan tradisional yang ada seperti yang sering terlihat pada bangunan-bangunan publik sekarang ini.
Impianku, prinsip-prinsip desain dalam karya arsitektur tradisional Batak ini dapat diterjemahkan setidaknya ke dalam ~ apa ya dulu namanya? Ada 6 prinsip dasar dalam mendesain seperti skala, orientasi, skala dll (lupa!), yang kalo ngga salah (lagi) hasil pemikiran Vitruvius ~ sehingga kita bisa mendesain arsitektur-arsitektur modern yang tetap menggunakan prinsip-prinsip dasar tersebut. Kita tidak harus menggunakan kayu dan ijuk, melainkan bata, baja, kaca, bahkan titanium sekalipun. Material terbaru yang muncul sebagai produk budaya global pun tetap bisa kita gunakan pada KONSEP desain arsitektur Batak :)

Selain 3 hal di atas, ada lagi sektor yang lebih luas : SENI
Aku belum sanggup menguraikannya secara detail di sini, tapi coba bayangkan ketika semua cabang seni itu direvitalisasi :
Seni musik, tari, ukir/ grafis, drama (opera), sastra (umpasa, andung dll). Gila beneerrr!!!!

Ada satu ide buat teman-teman yang aktif di industri cinderamata.
Terus terang aku sangat prihatin dengan mereka yang mencari nafkah di sektor ini, khususnya yang ada di kawasan Tuk-tuk. Jumlah wisatawan yang berkunjung relatif sedikit, udah gitu (berdasarkan pengamatan beberapa hari di desa Siallagan) yang membeli cinderamata ini sangat sedikit. Aku khawatir apakah masyarakat desa itu mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan kondisi industri seperti itu. Ternyata setelah kuamati lagi, tidak banyak cinderamata itu yang merepresentasikan BATAK. Aku bermimpi setidaknya ada semacam kain/ selendang Bali itu dengan motif GORGA. Artinya benda semacam itu adanya cuma di Tanah Batak. Menurutku daya jualnya akan tinggi karena memang khas. Kita ngga usah jual batik lagi karena itu sudah wisatawan temukan di Jawa. Dengan memiliki benda-benda yang mampu merepresentasikan budaya kita, mudah-mudahan industri-industri kecil di Samosir sebagai salah satu destinasi wisata bisa semakin maju.
Silakan ide dibagi dengan teman-teman yg lain, semoga bermanfaat :) 


Tarutung, 7 Agustus 2011
1:21 AM
Tantri's notes